Rabu, 13 Februari 2013

Tugu De Witt-Paal

Tata letak kota ini secara geografis dan mitologis terpampang sebagai bagian dari imajiner yang terbentang dari Gunung Merapi, Tugu De Witt-Paal, Kraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, hingga Parangtrttis di Laut selatan.
Tugu De Witt-Paal yang kini menjadi penanda kota Jogja dan icon dari kota Gudeg ini, pada mulanya tidak berbentuk sepereti yang sekarang ini. Semula di tempat itu oleh Hamengku Buwono I dibangun Tugu Golong Gilig, sebagaimana semboyan Pangeran Mangkubumi saat melawan penjajah Belanda, yaitu "bersatu bersama rakyat"
Konon Tugu Golong Gilig ini awalnya tingginya 25 m, dengan bangunan (tiang) berbentuk Gilig (silinder) dan pucuknya berbentuk Golong (bulat seperti bola), terbuat dari batu bata. Sayangnya, Tugu Golong Gilig pada senin, 10 juni 1867 remuk ketika gempa dahsyat menghantam Kota Yogyakarta.
Tahun 1889, pemerintah Belanda membangun kembali dengan bentuk sepert sekarang ini. Tingginya hanya 15 m, namun tidak lagi menggambarkan Golong Gilig.
Konon ini adalah taktik belanda untuk menghilangkan makna agar rakyat tidak bersatu melawan belanda.

Tugu baru itu dikenal dengan Tugu De Witt-Paal atau Tugu Pal Putih. Di sisi utara tugu itu terdapat prasasti:
"Pakarjianira Sinembahan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo Ingkang Kaping V. Kaundangaken dening Tuwan JWE van Brussel, opzichter Waterstaat"

(Pekerjaan yang diundangkan oleh Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Dipimpin oleh Tuan JWE van Brussel, opzichter Pekerjaan Umum).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar